InfoJelas.com – Ketegangan antara Iran dan Israel kembali memuncak. Dalam beberapa pekan terakhir, dunia menyaksikan saling serang pernyataan, ancaman terbuka, dan pergerakan militer yang mengkhawatirkan. Wilayah Timur Tengah, yang telah lama menjadi pusat konflik geopolitik dunia, kini kembali menjadi titik api yang bisa meledak kapan saja.
Latar Belakang Konflik
Hubungan Iran dan Israel tak pernah harmonis sejak Revolusi Islam Iran 1979. Iran menolak keberadaan Israel sebagai negara dan secara konsisten mendukung kelompok-kelompok perlawanan seperti Hizbullah di Lebanon dan Hamas di Gaza. Sebaliknya, Israel melihat Iran sebagai ancaman eksistensial — terutama setelah program nuklir Iran mulai berkembang pesat.
Dalam seminggu terakhir, konflik kembali panas. Serangan udara Israel dikabarkan menghantam depot senjata milik milisi pro-Iran di Suriah. Sebagai balasan, Iran melalui Hizbullah dan milisi Syiah lainnya meluncurkan roket ke wilayah utara Israel, menewaskan sejumlah warga sipil dan memicu eksodus lokal.
Situasi Terkini : Eskalasi atau Provokasi?
Beberapa analis menyebut ini hanya "ritual tahunan" dua musuh bebuyutan. Tapi tahun ini berbeda. Israel baru saja membentuk kabinet ekstrem sayap kanan, dan Iran semakin percaya diri pasca keberhasilan mereka memperluas pengaruh ke Irak, Suriah, hingga Yaman.
Israel memperingatkan akan melakukan "pukulan pre-emptive" jika Iran benar-benar melanjutkan pengayaan uranium hingga ke tingkat senjata. Iran menanggapi dengan menyatakan bahwa "Tel Aviv bisa musnah dalam satu serangan penuh."
Keduanya seperti dua mobil yang melaju kencang dari arah berlawanan — dan tak satu pun mau mengalah di tikungan terakhir.
Pendapat Pribadi dan Analisis : Siapa yang Untung dari Perang?
Jika perang benar-benar pecah, siapa yang diuntungkan?
Pertama, industri militer global. Setiap peluncuran rudal adalah keuntungan miliaran dolar bagi pabrik senjata di AS, Eropa, dan Rusia.
Kedua, aktor-aktor politik domestik. Dalam politik, "musuh bersama" seringkali menjadi alat pengalihan isu. Pemerintah yang tertekan di dalam negeri (baik di Tel Aviv maupun Teheran) bisa menyatukan rakyat lewat perang eksternal.
Tapi rakyatlah yang selalu jadi korban.
Rakyat Israel yang hidup dalam ketakutan di shelter bawah tanah. Rakyat Iran yang sudah puluhan tahun hidup di bawah sanksi, kini kembali terancam perang terbuka. Dan jangan lupakan rakyat Lebanon, Suriah, Gaza, yang selalu berada di antara dua gajah bertarung.
Prediksi : Dunia Akan Diam atau Bertindak?
Dewan Keamanan PBB seperti biasa akan "sangat prihatin" tanpa memberikan solusi nyata. Amerika Serikat akan terus mendukung Israel secara militer, sementara China dan Rusia akan berusaha menekan dominasi AS dengan mendekat ke Iran.
Namun dunia kini berbeda. Perang bukan lagi satu-satunya pilihan. Serangan siber, blokade ekonomi, propaganda digital — semua bisa jadi "medan perang baru."
Jika kedua pihak cerdas, mereka akan tahu: perang terbuka hanya akan mempercepat kehancuran kawasan, ekonomi, dan bahkan posisi geopolitik mereka.
Solusi Saat Ini : Diplomasi Diam-Diam dan Aksi Masyarakat Sipil
1. Solusi paling rasional saat ini bukan di PBB, tapi di balik layar.
2. Diplomasi backchannel harus segera diaktifkan. Negara-negara seperti Turki, Qatar, dan bahkan Indonesia, bisa memainkan peran mediasi.
3. Masyarakat sipil global harus mulai bersuara — menolak perang, menolak kekerasan, dan mendorong penyelesaian damai.
4. Media independen dan komunitas internasional perlu membuka ruang dialog, bukan hanya memperkeruh suasana lewat narasi "kami vs mereka."
Penutup
Konflik Iran-Israel bukan konflik satu malam. Ini adalah warisan panjang sejarah, ideologi, dan kepentingan kekuasaan. Namun dunia telah belajar — dari Irak, Suriah, Ukraina — bahwa perang hanya menyisakan puing.
Saatnya menurunkan tensi, sebelum bara kecil berubah jadi api besar yang membakar semuanya.